"Aku suka berinteraksi dengan banyak orang. Aku juga suka dengan Idol Group 48 Family, Dan aku memelihara sepasang Sugar Glider bernama Siwon Geliber(m) dan Batty Koda(f) yang biasa dipanggil WOM BAT "
Arigatou,

Elcea

Sunday, June 22, 2014

Persalinan tak terasa sakit dengan metode ini

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ardi Pramono, mengatakan, metode Lumbar Epidural Analgesia bisa menjadi alternatif bagi para ibu hamil untuk melahirkan tanpa rasa sakit.

"Lumbar Epidural Analgesia (LEA) merupakan jenis anestesi lokal yang diberikan pada otot-otot melahirkan sehingga tidak akan menimbulkan rasa nyeri saat proses persalinan," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, LEA akan dipasang di antara ruas tulang belakang pada saat ibu sudah merasakan rasa nyeri pada awal proses persalinan.

"LEA akan membuat proses persalinan menjadi efektif dan efisien karena ibu akan menjadi lebih rileks dan otot-otot melahirkan yang tadinya nyeri tidak lagi dirasakan," katanya.

Selain itu LEA tidak akan memberikan efek samping pada bayi. Metode baru itu tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap bayi setelah dilahirkan.

Ia mengatakan LEA merupakan metode yang berbeda dengan "hypnobirthing". "Hypnobirthing" atau sering dikenal dengan hipnotis lebih menekankan kepada emosi ibu, sedangkan LEA merupakan cara yang lebih akurat untuk memastikan tidak akan merasakan sakit saat melahirkan.

Namun demikian, kata dia, melahirkan dengan menggunakan metode LEA harus sesuai dengan pengawasan dokter spesialis anestesi. Meskipun tidak menimbulkan efek samping pada bayi, kesehatan ibu juga harus diperhatikan.

"Penggunaan LEA harus didampingi oleh dokter spesialis kandungan dan spesialis anestesi dari awal proses persalinan sampai selesai," katanya.

Menurut dia, saat ini LEA sudah mulai diminati oleh para calon ibu yang akan melahirkan. Mereka ingin rasa sakit yang ditimbulkan saat persalinan hilang.

"Kami juga sudah melakukan sosialisasi tentang metode baru itu agar ibu bisa melahirkan tanpa caesar dan tanpa rasa sakit," katanya.

Ilmuan Jepang ciptakan sel khusus pembunuh kanker

Jakarta, Hingga kini kanker bisa dikatakan sebagai salah satu penyakit yang hampir tak ada obatnya alias sulit disembuhkan. Berbagai pengobatan yang sudah ada pun hanya bertujuan mengurangi kemampuan sel 'jahat' kanker untuk berkembang biak. Namun baru-baru ini tim peneliti dari Jepang menemukan pengobatan kanker baru dengan memanfaatkan sel T yang diklaim dapat membunuh kanker untuk pertama kalinya.

Sebenarnya secara alami sel T atau bagian dari sel darah putih yang berperan utama dalam sistem kekebalan sel sudah terdapat di dalam tubuh setiap orang tapi jumlahnya kecil. Oleh karena itu peneliti menduga dengan menyuntikkan sel T tambahan dalam jumlah besar ke tubuh pasien maka upaya itu dapat memperkuat sistem kekebalan sel dan tubuh secara menyeluruh untuk melawan kanker.

Untuk membuat sel spesifik yang disebut dengan limfosit T pembunuh (killer T lymphocytes) ini, awalnya tim peneliti harus memprogram ulang limfosit T yang memiliki spesialisasi membunuh beberapa jenis kanker tertentu menjadi jenis sel lain yang disebut induced pluripotent stem cells (sel iPS). Sel-sel iPS inilah yang menghasilkan limfosit T spesifik kanker.

Kendati begitu, studi sebelumnya menemukan limfosit T pembunuh yang dihasilkan di dalam laboratorium dengan menggunakan metode konvensional dianggap kurang efisien dalam membunuh sel-sel kanker karena masa hidupnya yang sangat pendek sehingga penggunaan limfosit T pembunuh untuk pengobatan kanker menjadi terbatas.

Beruntung peneliti telah mengantisipasi kendala itu. Untuk mengatasinya, tim peneliti dari RIKEN Research Centre for Allergy and Immunology yang dipimpin Hiroshi Kawamoto ini pun memprogram ulang limfosit T pembunuh pada orang dewasa menjadi sel-sel iPS dan mengamati bagaimana sel-sel ini terdiferensiasi. Caranya dengan memapari limfosit T pembunuh dengan 'faktor Yamanaka' atau sekelompok senyawa yang menginduksi sel-sel agar kembali ke tahap non-spesialisasi.

Kemudian sel-sel iPS yang diperoleh dari proses itu ditumbuhkan di dalam lab dan diinduksi agar dapat berdiferensiasi menjadi limfosit T pembunuh. Jenis limfosit T baru ini pun telah terbukti spesifik dengan limfosit asli yang ada pada beberapa jenis kanker kulit yang sama.

Tak hanya itu, peneliti juga mempertahankan reorganisasi genetik selnya dan membuat limfosit T pembunuh ini mampu mengekspresikan reseptor kanker spesifik pada permukaan 'tubuhnya'. Limfosit T baru ini juga diketahui aktif memproduksi senyawa anti-tumor.

"Kami telah berhasil mengembangkan sel-sel T spesifik antigen dengan membuat sel-sel iPS dan mendiferensiasikan mereka untuk kembali menjadi sel T yang fungsional," tukas Dr. Kawamoto seperti dilansir dari Daily Mail, Sabtu (5/1/2013).

"Langkah selanjutnya adalah menguji apakah sel T ini dapat membunuh sel-sel tumor secara selektif, tidak dengan sel-sel lainnya di dalam tubuh. Jika mereka bisa melakukannya maka sel-sel ini dapat disuntikkan langsung ke dalam tubuh pasien untuk terapi. Bahkan hal ini bisa direalisasikan dalam waktu dekat," lanjutnya.

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Cell Stem Cell.