Pada awal tahun 1993, Satelindo adalah perusahaan swasta yang pertama
terjun pada bisnis layanan satelit dengan meluncurkan Satelit Palapa
C1. Satelit Palapa C1 dan lalu C2 bakal berumur hingga 14 tahun.
Satelit-satelit ini telah digunakan secara luas oleh beberapa negara di
ASEAN. Indonesia antara lain menggunakannya untuk layanan komunikasi
yang dikelola oleh Telkom dan Indosat, juga untuk layanan siaran
televisi 5 TV swasta dan TVRI. Bahkan digunakan untuk 5 channel siaran
langsung TV Satelit Indovision (Direct Broadcasting Satelite) yang kini
sudah berkualitas digital (19 channel). Bahkan tengah November lalu, PT.
Media Citra Indostar telah meluncurkan satelit Cakrawarta-1 untuk
menggantikan kerja Satelit Palapa C2 dalam mengudarakan siaran
Indovision. Dengan satelit ini Indovision kelak akan menyelenggarakan
layanan yang bisa disebut layanan interaktif, karena akan tersedia
antara lain layanan teleconference, Video on Demand (VoD), home
shopping, home banking dan komunikasi data (internet). Ada dua
perusahaan multimedia baru lainnya yang segera akan beroperasi dengan
jaringan kabel serat optik, yaitu PT Indonusa Telemedia dan Multimedia
Nusantara. Perusahaan-perusahaan multimedia lainnya adalah: PT Multi
Media Asia Indonesia, PT Yasawirya Tama Cipta. Sehingga Indonesia boleh
disebut sekarang telah memasuki era industri multimedia
Meski layanan multimedia sudah dioperasikan di Indonesia, namun
terminologi mengenai multimedia sendiri belum lagi akrab dengan
masyarakat Indonesia. Multimedia lebih akrab dipahami sebagai satu
pencapaian teknologi pada personal computer (PC). Jika sebuah PC disebut
multimedia, maka PC tersebut memiliki kemampuan menampilkan gambar
bergerak dan suara, misalnya dari Video Compact Disc, Audio Compact
Disc, serta dapat berkomunikasi antar komputer atau jaringan komputer
melalui modem.
Padahal multimedia memiliki arti yang lebih luas. Multimedia
merupakan keterpaduan teknologi informasi (misalnya komputer) dengan
teknologi komunikasi (misalnya jaringan kabel coaxial atau satelit).
Kalau dipisahkan berdasarkan etimologi kata multimedia terdiri dari
multi dan media. Multi berarti beragam, sedangkan Media berarti sarana
penyampaian informasi.
Sedangkan menurut Wahyu Wijayadi dalam sebuah makalah sebuah seminar
yang diselenggarakan Indosat yang berjudul ”Perkembangan Teknologi
Multimedia dan Implementasinya”, multimedia terdiri dari (1) unsur
suara, (2) unsur gambar atau video, (3) unsur teks/data, (4). terpadu
dalam satu media penyampaian, (5). Interaktif/bukan informasi satu arah.
Sedangkan jenis jasa multimedia terdiri dari dua, yaitu berdiri sendiri
(stand alone/off line), dan terhubung dengan jaringan telekomunikasi
(network-online).
Banyak perkembangan-perkembangan baru setelah diluncurkannya Satelit
Palapa C1 & C2 beberapa tahun yang lalu. Seperti misalnya
ditaburkannya satelit komunikasi di atas langit Indonesia oleh
perusahaan-perusahaan asing di mana banyak pengusaha Indonesia terlibat
dalam kepemilikan saham di dalamnya, di antaranya adalah PT. Bakri
Communication Corporation pada Irridium Project, sebuah proyek telepon
satelit dunia untuk memecahkan masalah blank spot pada telepon selular
biasa, AMPS atau GSM. Indosat pun masuk menjadi salah satu pemodal pada
konsorsium ICO Global Communication (ICO-GC), sebuah telepon satelit
setelah Irridium.
Sementara di belahan lain dari bumi ini, Microsoft dengan beberapa
perusahaan juga telah merambah pada industri satelit layanan komunikasi
yang lain, seperti internet, video conference atau video on demand.
Proyeknya yang terkenal sekarang ini adalah CyberStar atau “Internet di
Angkasa” yang mungkin akan menyediakan layanannya di Indonesia.
Selain bisnis ternyata politik pun ikut mengembangkan multimedia di
Indonesia. Sejak Pemilu beberapa bulan lalu PT. Telkom berharap tidak
ada satu kecamatan pun di Indonesia yang tidak bisa dihubungi lewat
sambungan telepon dengan teknologi satelit VSAT (very small aperture
terminal). Sayangnya fasilitas yang sudah dimiliki ini tidak berfungsi
pada saat kebakaran hutan dan bencana kelaparan di Indonesia. Entah
kenapa….
SUMBER INFORMASI YANG TERSEDIA
Untuk mengantipasi datangnya era ini, saya sajikan homepage ini,
berisi kumpulan informasi mengenai perkembangan multimedia di Indonesia
dan di dunia secara umum Homepage ini bisa disebut satu-satunya yang
secara khusus berbicara mengenai multimedia. Di dalam homepage ini
tersedia banyak link ke situs-situs yang berkaitan dengan multimedia,
sehingga bisa diandalkan bagi yang ingin melihat perkembangan multimedia
dari waktu ke waktu.
Tulisan atau artikel mengenai multimedia harus diakui sangat jarang,
bahkan pada suratkabar besar seperti Kompas, Suara Pembaruan dan
Republika. Bahkan kita belum punya majalah atau terbitan berkala yang
khusus menyajikan perkembangan industri multimedia di Indonesia, seperti
yang terbit di negara-negara lain. Meski demikian berita mengenai
kegiatan bisnis multimedia kerap muncul. Ini menggambarkan maraknya
perkembangan bisnis multimedia di Indonesia. Rupanya secara intelektual
bidang ini kurang dilirik oleh para akademisi. Atau sebaliknya berarti
para akademisinya sudah terjun langsung menjadi praktisi multimedia di
perusahaan-perusahaan multimedia dan tidak sempat untuk membagi
pengetahuan ini ke publik. Padahal Membagi informasi perkembangan
multimedia kepada publik akan menstimulasi pengembangan industri
multimedia.
ANDIL PENGUSAHA
Jika apa yang sudah dilakukan Peter Gontha selama ini, yaitu terjun
mengembangkan multimedia di Indonesia, diikuti oleh banyak pengusaha
lain tentu kita bisa berharap bahwa era informasi di Indonesia dapat
lebih cepat menghampiri. Meski pemerintah Indonesia tidak seperti
Pemerintah Malaysia yang telah mencanangkan program nasionalnya secara
khusus, yaitu Multimedia Super Corridor, Indonesia cukuplah memiliki
Peter Gontha, Abu Rizal Bakri, Youk Tansil dan bahkan Sudwikatmono
(tanpa mengurangi respek saya kepada orang-orang yang giat mengembangkan
multimedia di Indosat dan Telkom) sebagai pelopor dan pejuang
pengembangan multimedia di Indonesia. Sehingga kita bisa optimis bahwa
masa depan Indonesia akan lebih baik dari sekarang. Karena saat itu
semua orang dapat meraih salah satu sisi baik multimedia yaitu
memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk mencerdaskan
dirinya melalui tersedianya akses-akses kepada informasi yang seluas
langit sebagai salah satu tempat di mana infrastruktur multimedia
ditempatkan.
Memang, saya harus katakan bahwa seluruh layanan multimedia saat ini
adalah bukan bisnis yang selalu menguntungkan. Contohnya adalah layanan
televisi satelit Indovision sebagai salah satu layanan multimedia.
Bisnis ini di Indonesia kurang menajamkan kekuatan marketingnya,
sehingga layanan Indovision ini menjadi sangat ekslusif. Ada 1 juta
antena parabola yang bertebaran di seluruh Indonesia yang diharapkan
beralih ke Indovision pada saat peluncuran pertama Indovision. Sementara
itu perilaku pemirsa pada saat itu belum mengenal kebiasaan membayar
siaran TV dan acara-acara yang 100% asing (berbahasa Inggris).
Indovision hingga sekarang masih membutuhkan upaya yang lebih keras
untuk mendapatkan pelanggan sebanyak yang diharapkannya. Meski
pertumbuhan pelanggan Indovision ini tergolong lambat, namun Indovision
telah membuka jalan bagi perusahaan TV Bayar lain untuk terjun di
industri ini. Sehingga perusahaan lain akan lebih mudah memasuki pasar
yang telah terbentuk untuk menerima siaran TV bayar dan program asing,
apa pun sistem dan teknologinya.
MULTIMEDIA DAN PERADABAN MANUSIA
Sepuluh tahun yang lalu kebutuhan pada alat telekomunikasi seperti
telepon belum seperti sekarang, terutama di kota besar. Ketika
jalan-jalan semakin macet dan waktu terasa semakin pendek, komunikasi
melalui telepon menjadi kebutuhan yang tak terelakkan untuk tetap lancar
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Padahal sepuluh tahun yang lalu
itu sedikit yang menyadari bahwa telepon adalah kebutuhan mutlak pada 10
tahun mendatang di kota-kota besar. Demikian juga keberadaan Personal
Computer (PC) yang sekarang seperti peralatan audio system atau TV
berwarna di rumah-rumah pada 10 tahun yang lalu. Atau sekarang kebutuhan
akses ke internet bagi kantor-kantor dalam rangka agar tidak tercerabut
dari trend dari bidang yang digelutinya serta untuk mendapatkan layanan
e-mail yang mulai menggantikan fax machine. Perlahan tapi pasti layanan
interractive data communication seperti Internet ini akan mengulang
sejarah yang sama bagi telepon atau PC beberapa tahun lampau. Itu memang
sudah nampak dari usaha-usaha yang telah dilakukan untuk mengembangkan
layanan ini. Contohnya adalah WEB TV yang sekarang sudah dipasarkan. WEB
TV adalah layanan internet melalui pesawat TV bukan melalui PC. Dengan
menambahkan beberapa peralatan tambahan, modem, remote control atau
keyboard dan dihubungkan dengan telephone line atau antena
microwave/satelit maka jadilah pesawat TV biasa sebagai layar monitor
untuk menjelajahi jaringan informasi seluruh dunia internet. Bayangkan
saat itu di mana ibu-ibu rumahtangga menjelajahi internet untuk
berbelanja fashion, makanan, jasa perjalanan, bahkan ramalan cuaca dan
lain-lain. Juga akan bertumbuhan usaha-usaha yang berbasis rumah yang
sebagian dikelola oleh para ibu rumah tangga, seperti jasa layanan
komputer, jual-beli barang, disain graphis, arsitektur, kesehatan,
konsultasi, penitipan anak yang bisa dikontrol melalui jaringan
multimedia dan lain-lain.
Perkembangan multimedia dalam beberapa tahun belakangan ini telah
melahirkan suatu pertanyaan malu-malu, yaitu apakah yang terjadi dengan
pembatasan terhadap akses informasi dan kebebasan berekspresi yang dulu
diberlakukan? Harus diakkui, perlahan, kemilau dari kemajuan teknologi
multimedia terutama dari 5 broadcast TV swasta telah mempurukkan
pembatasan itu. Maka pertanyaan berikutnya adalah: kemanakah arah
perkembangan multimedia 5 tahun mendatang? Atau: kemanakah arah
peradaban manusia? Jawabannya mungkin akan bergantung pada kemana kita
akan mengarahkannya.
sumber : http://gunorocloser.wordpress.com/2013/03/31/sejarah-dan-perkembangan-multimedia-di-indonesia-2/
komentar :
Perkembangan industri multimedia yang demikian cepat harus didukung
oleh tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang kompetitif, sehingga
lahan yang empuk ini tidak diserbu oleh tenaga kerja asing yang sudah
terlalu banyak merambah di Indonesia. Terjun di bidang teknologi
multimedia merupakan profesi baru yang sedang dibutuhkan pada saat
sekarang dan yang akan datang. Imajinasi yang kuat diperlukan di bidang
ini untuk dapat membayangkan, melihat potensi, menciptakan apa yang
tidak terbayangkan oleh kebanyakan orang saat ini.
Usaha pengembangan industri multimedia di Indonesia membutuhkan lebih
banyak orang seperti itu untuk menyiapkan jalan menuju peradaban baru
manusia di masa mendatang. Mereka bukan hanya para konglomerat yang
mudah baginya untuk terjun ke dalam industri apa pun. Namun tanpa
didukung oleh sumber daya manusia yang handal, apa lah artinya
No comments:
Post a Comment