"Aku suka berinteraksi dengan banyak orang. Aku juga suka dengan Idol Group 48 Family, Dan aku memelihara sepasang Sugar Glider bernama Siwon Geliber(m) dan Batty Koda(f) yang biasa dipanggil WOM BAT "
Arigatou,

Elcea

Sunday, April 27, 2014

Etika Berpolitik

Era reformasi yang berbasis sistim politik demokrasi, terbuka kesempatan yang seluas luasnya bagi warganegara termasuk para elit politik yaitu individu-individu terbaik yang berhasil dan mampu menduduki jabatan tinggi dalam lapisan masyarakat, untuk mengekspresikan gagasan-gagasan,  pendapat dan tindakan  secara bebas dalam segala aspek kehidupan. Kebebasan sebagai salah satu dimensi demokrasi mendapat sambutan yang sangat antusias dalam masyarakat yang sedang mengalami transisi demokrasi yang terkadang cenderung kebablasan. Euforia kebebasan yang berlebihan dalam bidang politik misalnya membuat wajah politik Indonesia terasa semakin karut marut. Padahal sejatinya reformasi adalah ijtihad politik bangsa untuk mengadakan perubahan-perubahan dan penataan kelembagaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju Indonesia yang lebih baik, sesuai dengan perkembangan zaman yang penuh tantangan yang semakin berat dalam dunia yang semakin  mengglobal.

Karut marutnya perpolitikan di negeri  ini karena “politik” dimaknai oleh para aktor politik (pemimpin politik, aktivis politik, individu warganegara biasa) hanya sekedar berburu kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, termasuk menggunakan money politic tanpa mengindahkan etika dan moral sehingga menimbulkan kekacauan politik, bentrokan horizontal dan vertikal,  anarkisme, ramai dengan politik transaksional, penyalahgunaan wewenang, korupsi menjalar ke berbagai cabang kekuasaan negara, seperti, Eksekutif, Legislatif, Yudikatif, Mahkamah Konstitusi, dan Pemerintah Daerah. Para elit politik (pejabat negara dan pemerintah dalam arti luas )  yang seharusnya menjadi tauladan dalam mewujudkan good governance, namun diantara mereka tidak sedikit yang terbelit dengan persoalan korupsi. 

Beberapa contoh korupsi yang melibatkan elit politik dapat dikemukakan diantaranya kasus cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur BI, kasus Nazarudin, mafia badan anggaran DPR, kasus di Kemenakertrans, kasus wisma atlet Sesmenpora, Surat palsu Mahkamah Konstitusi, 17 Gubernur dan 140 Bupati dan Walikota tersangkut pidana korupsi, dan masih banyak lagi  yang belum terungkap. Demikian juga  Partai politik yang seharusnya menjadi pilar bagi tegaknya demokrasi, ternyata tidak sedikit yang menjadi penghambat jalannya demokrasi.

Beberapa Kasus tersebut menandakan bahwa dekadensi moral tengah melanda ke berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi yang diharapkan membawa keadilan, kebenaran, damai, sejahtera, ternyata melenceng dan amburadul. Pelanggaran etika dan kepatutan sering kali dipertontonkan oleh para elit politik dalam perilaku politiknya, yang  seharusnya mereka memperjuangkan kepentingan rakyat,  namun  dalam realitanya lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya. Dilain pihak peran serta rakyat dalam proses pengambilan keputusan  sering kali diabaikan sehingga dapat menimbulkan sikap apatisme publik dan rendahnya derajat legitimasi dari setiap keputusan yang diambil sehingga dapat memicu munculnya konflik di masyarakat.

Oleh karena itu bila perilaku politik tersebut tidak berubah dan tanpa bimbingan moralitas, akan sangat membahayakan kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Banyak negara mengalami kegagalan dikarenakan rusaknya moral para penyelenggara negara dan masyarakat. Tulisan ini akan membahas perilaku politik dari perspektif etika  politik. Sebab perilaku politik tanpa bimbingan moral tidak mencerminkan karakter politisi sejati yang cerdas, rela berkorban,  dan senantiasa mengutamakan kepentingan publik.

Etika Politik Demi Kebermartabatan

Etika dan moral memiliki hubungan yang sangat erat dan sering kali disamakan, pada hal memiliki makna yang berbeda. Moral yaitu merupakan suatu ajaran-ajaran atau wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Adapun etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia. Sebelum membahas etika politik, terlebih dahulu memahami tentang etika dan moral, yang dikemukakan oleh para ilmuwan.

Menurut Abdullah (dalam Rahmaniyah 2010) etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai buruk dengan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat dicerna akal pikiran. Sedangkan I Gede AB Wiranata etika merupakan refleksi manusia tentang apa yang dilakukan dan dikerjakannya. Etika adalah wahana orientasi bagi usaha manusia untuk menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental. Etika sering disebut filsafat moral. Etika membantu manusia menyuluhi kesadaran moralnya dan turut serta mencari pemecahan yang dapat dipertanggungjawabkan. Etika juga dapat membantu untuk mencari alasan mengapa suatu perbuatan harus dilakukan atau sebaliknya untuk tidak dilakukan.

Sumber


Etika Berkeluarga

Setiap keluarga pada umumnya mendambakan adanya kesejahteraan dalam rumah tangganya ,setiap pasanagn suami-istri mendambakan adanya keharmonisan dalam kehidupan kehidupan keluarganya, sehingga dalam sebuah keluarga di terapkan nilai, norma etika dan moral yang di berlakukan dalam suatu keluarga untuk mencapai keluarga yang sejahtera,  oleh karena itu peran keluarga dalam membentuk keperibadian anak sangat berpengaruh besar,
 
 di dalam semua masyrakat yang pernah di kenal ,hampir semua orang hidup terikat dalam kewajiban dan hak keluarga yang di sebut  hubungan peran , karya etika dan moral yang tertua ,menerankan  bahwa masyarakat kehilangan kekuatan jika anggotanya   gagaldalam melaksanakan tanggung jawab keluaraganaya.
 
Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari beberapa individu yang terikat oleh adanya hubungan perkawinan atau darah , kelurga yang terdiri dari ayah –ibu dan anak , ayah dan anak anak aau ibu dan anak yang sering di sebut keluarga inti,
              
Pada kehidupan keluarga inti terdapat berbagai macam norma ,aturan ynag terkandung di dalanmya,,Nilai nilai itu seperti keagamaan , Sopan santun (Tata krama) Kejujuran dan lainya.meskipun kadang kala penerapan nilai itu mengalami kesulitan atau hambatan,akan tetapi ilai-nilai itu kiranya sangat mendukung suatu keluarga dalam memprsiapakan dan mewujudkan sumber daya yang berkualitas.
 
pada kehidupan kelurga , orang tua pada umumnya mrngharapakan supaya anakanya tumbuh berkembang menjadi anak ynag baik, soleh dan solehah anak di harapkan tidak terjerumus pada perbutan –perbuatan yang yang nista, dalm sebuah penelitian sebagian besar responding menyatakan bahawa sebaikanya pendidikan agam mulai di tanamkan sejak masih anak-anak , hal ini juga di nyatakan oleh beberpa informan seperti priyatno dan suparjan , mereka menggap sebaiknya penenaman nilai agama terhadap anak-anaknya pada saat masih anak-anak.