Pada suatu hari di Minggu pagi, Aku dan mama tiba di
sebuah komplek perumahan yang Aku sering melihat gambar-gambar komplek itu di Koran dan
majalah-majalah. Aku hanya melihat-lihat kearah kanan dan kiri saja ketika
mobil sambil berjalan sepanjang komplek itu dan tampak kebingungan. Menurutnya,
komplek itu mempunyai design yang modern tetapi belum banyak yang menepati
padahal sudah banyak iklan yang terpajang di banyak media cetak. Banyak rumah
terlihat sepi dan masih banyak tulisan “ Dijual “ didepan rumahnya. Hal
tersebut membuat ku menjadi ingin tau apa yang menyebabkan komplek ini begitu
sepi.Menurutku komplek perumahan itu dekat sekali dengan kota yang menjadi
pusat bisnis di kota ku tinggal.
Tak lama kemudian, sampailah di depan sebuah rumah yang tidak banyak
berbeda bentuknya dengan rumah-rumah lainnya di komplek tersebut. Aku melihat
ke arah tetangga-tetangganya dan yang Ia lihat hanyalah rumah modern yang masih
dipasangin papan bertulisakan “Dijual”. Aku pun bertanya kepada mama.
“Ma, kenapa ya rumah-rumah ini masih banyak yang di
jual? Padahalkan iklannya sudah banyak terpampang di media cetak?”.Tanya ku.
“Mama kurang tau sayang, mungkin memang pemilik komplek
dengan para pembeli belum cocok dengan harga dan lokasi”.Jelas mama.
“Hah belum cocok dengan lokasi? Apa tidak salah dengar
aku? Lokasinya kan disini sudah bagus ma… dekat kota dan tempat hiburan juga tidak
jauh dari sini”.Tampik ku dengan nada tidak percaya.
“Kan bisa saja, mama tidak bilang itu kepastiannya.Mama
hanya bilang mungkin.Karena mama juga tidak tau.Tapi kita syukuri bisa dapat
harga murah di komplek yang dekat dengan tempat kerja mama, apalagi rumahnya
bagus begini.”.Kata mama sambil menurunkan beberapa tas dari mobil.
“Ya sudah ma, aku selama mama suka aku juga suka kok.
Asalkan tidak terjadi apa-apa aku tidak masalah ma”. Kata ku sambil mengangkat
bahu.”Oh ya ma, container yang bawa barang kita kapan datang?”.
“Paling beberapa jam lagi, soalnya tadi mama terima
pesan dari mereka bahwa terkena macet. Jadi kamu tunggu didalam aja.Mama bawa
makanan cepat saji yang mama beli waktu kamu tadi tidur dimobil.Disiapkan ya di
meja makan yang sudah ada didalam”.Perintah mama sambil mengelus-elus rambutku
yang berwarna hitam tersebut.Aku pun tersenyum dan langsung masuk kedalam
rumah.
Didalam rumah, aku melihat rumahnya tergolong besar dan
mewah. Aku sampai bingung apakah ukuran rumah tersebut tidak terlalu besar
untuk penghuni yang Cuma aku dan mama saja. Aku tidak mau bertanya macam-macam
kepada mama perihal pikiranku itu dan langsung menuju kedapur dan menyiapkan
makanan cepat saji yang dibeli oleh mama.
“Ma, makanannya udah aku siapin”.Panggil ku kepada mama.
“Iya”.Jawab mama.
Aku dan mama pun menikmati makanan dan sambil
membicarakan soal sekolah ku yang baru.
“Ma, jadinya Farah sekolah dimana? Apa jadi disekolah
Harapan Hati itu?”.Tanya ku.
“Sebenarnya mama lebih suka kamu bersekolah di sekolah
Intan Asih. Disana lebih terjamin pendidikannya dan sudah taraf
internasional.Ditambah mama punya kenalan disana. Tapi di Harapan Hati itu
jaraknya dengan rumah sangat dekat. Kamu jalan kaki juga sampai.Jadi mama pilih
di Harapan Hati saja”.Jelas mama.
“Ya aku sih tidak masalah sekolah dimana saja ma,
namanya sekolah mau bagus atau tidak kan sama-sama belajar juga kan”.
Kami pun tersenyum. Kemudian terdengar suara klakson
mobil yang terdengar dari luar rumah. “Wah itu containernya tuh”. Kaget mamaku.
Aku dan mama pun segera menyelesaikan makanannya dan segera menghampiri
container dan mulai menata rumah baru kami.
Dibantu oleh
orang dari container, barang-barangpun sudah di turunkan semua. Biarpun masih
berantakan tapi setidaknya barang-barang yang penting sudah bisa di gunakan,
sedangkan yang lain masih di dalam kardus. Tanpa disadari waktu sudah
menunjukkan pukul 20.00 aku dan mamapun bersiap-siap untuk tidur karena besok
mama berkerja dan aku harus ke sekolah. Berhubung karena rumah masih berantakan
aku dan mama pun tidur dalam 1 kamar.
“Selamat tidur ma”
“Iya nak selamat tidur” jawabnya
Sekitar jam 02.10 pagi aku terbangun untuk buang air
kecil yang letaknya tidak jauh dari kamar. Setelah selesai aku mengambil air
minum karena aku haus. Di dalam kegelapan rumah yang masih berantakan, aku
melihat sesosok bayangan di tumpukan barang. Tetapi dalam keadaan mengantuk aku
mengira itu hanyalah bayangan dari barang-barang yang masih berantakan, dan aku
kembali melanjutkan tidurku dikamar.
Paginya aku sarapan roti yang sudah di siapkan mamaku
sebelum dia berangkat kerja, dan dia berangkat lebih dahulu dariku. Setelah
sarapan aku langsung merapikan meja makan dan berangkat ke sekolah, tidak lupa
aku kunci pintu rumahku.
“Hmmm… Inikah sekolah baruku? Harapan Hati?” pintasku
Aku sengaja datang ke sekolah lebih cepat dari biasanya
agar aku dapat berkeliling di sekolah baruku, banyak murid-murid yang
membersihkan kelas dan melakukan kegiatan lain. Setelah puas berkeliling,
akupun menuju ruang guru untuk melapor.
“Permisi?”
Tak lama setelah itu ada orang yang kelihatan seperti
guru menghampiriku. Tingginya sekitar 175, rambutnya pendek dan berwarna
coklat.
“Ada yang bisa saya bantu?” sahutnya
“Umm.. Saya murid yang baru pindah hari ini, nama saya
Farah Adilla.” Jawabku
Tanpa menjawab diapun langsung membaca semacam mading
di ruang guru dan kembali menghampiriku.
“Kebetulan sekali, saya adalah wali kelas dari kelas
2-B yang tidak lain adalah kelasmu sekarang nama saya Kanda.”
Terkejut oleh kebetulan yang terjadi aku spontan
langsung berterima kasih dan bertanya dimana kelas 2-B itu kepadanya.
“Te-Terima Kasih. Kalau begitu boleh saya tau dimana
kelas 2-B itu?”
“Lantai 2 tepat di atas ruang guru, dan tempat duduk
kamu di belakang dekat jendela”
Aku langsung berterima kasih dan menuju kelasku.
Penasaran dengan kelas baru aku berlari ke kelas. Aku langsung membuka pintu
kelasku dan ternyata aku adalah orang pertama yang hadir. Aku langsung melihat
sekeliling kelasku. Dinding yang putih, whiteboard yang besar, dan jendela yang
berderet sepanjang dinding. Aku langsung menuju tempat duduk yang sudah di
beritahu tadi dan melihat ke luar jendela. Dari situ aku bisa melihat lapangan
olahraga dan banyak murid yang baru datang.
“A-Aku dapat tempat duduk yang enak”
Tak lama setelah aku duduk banyak murid yang masuk dan
heran melihat muka yang baru di dalam kelas. Salah satu dari murid itu
menghampiri ku.
“Hallo, kamu murid baru ya? Namaku Nenene”
Aku melihat perawakan Nenene itu,badannya pendek,
rambutnya pendek berwarna biru, memakai kacamata, dan yang teraneh mata kiri
dan kanannya berbeda warna.
Sepertinya dia sadar bahwa aku bingung dengan matanya.
“Pasti kamu heran ya melihat mataku yang berbeda warna?
Ini namanya heterochromia, ini jarang
ditemui lho. Anggap saja kamu beruntung bertemu denganku.” Sahutnya penuh
percaya diri.
“O-Okei. Na-Namaku Farah Adilla.” Jawabku singkat
Melihat aku yang bingung Nenenen berinisiatif mengajak
aku bicara tentang tempat aku sekolah sebelumnya dan kenapa aku pindah ke
daerah ini. Tak lama aku berbincang-bincang dengan Nenene, Bu Kanda masuk ke
kelas. Dan kitapun berjanji akan bicara lagi sewaktu istirahat nanti.
“Pagi anak-anak, sebelum saya absen ibu akan
mengenalkan murid pindahan yang masuk ke kelas ini.”
Setelah selesai mengatakan itu seluruh murid di kelas
langsung melihat ke arahku. Aku yang tidak biasa mejadi pusat perhatianpun
menundukkan kepalaku. Bu Kanda pun langsung berkata.
“Berhubung kalian belum ada yang kenal bagaimana jika
Farah maju dan memperkenalkan diri.”
Aku kaget, tidak terbiasa menjadi pusat perhatian aku
gugup dan bingung. Sementara aku terdiam dan bingung seluruh orang di kelas
melihat ke arahku berharap aku maju dan memperkenalkan diri. Dalam kebingungan
aku melihat ke Nenene dan dia menyemangatiku. Akupun memberanikan diri untuk
maju dan memperkenalkan diri di depan kelas.
“Nama saya Farah Adilla, saya pindah dari Bandung. Dan
saya sekarang tinggal di Kompleks Kuda Tiga.”
Setelah aku mengatakan tempat tinggalku, satu kelas
langsung hening dan terdiam. Akupun kembali ke tempat dudukku. Setelah aku
duduk, kelas pun di mulai dengan normal sampai dengan waktu istirahat.
“Farah… Kamu benar tinggal di kompleks itu?” Tanya
Nenene padaku.
“Iya, memangnya ada apa?” sahutku
“Uhmmm.. Mungkin tidak sebaiknya aku ceritakan ini,
tetapi akan lebih bahaya lagi jika kamu tidak tahu tentang ini sama sekali….
Sebenarnya kompleks disitu ada penghuninya.”
Bingung dengan perkataannya aku spontan menjawab dengan
polos.
“Memang ada, salah satunya aku dan ibuku.”
“Bukan penghuni manusia yang aku maksud, tetapi penghuni
yang lain.”
Mendengar perkataan Nenene tadi aku mengingat kejadian
semalam dimana aku melihat bayangan yang mempunyai sosok. Nenene pun
melanjutkan ceritanya.
“Sebenarnya disitu sudah lama beredar kabar ada
penhuninya, tetapi banyak orang yang tidak percaya dan tetap tinggal disana.
Tetapi dari semua orang itu tidak ada yang bertahan lama untuk tinggal disana
karena mereka di ganggu. Sejak saat itu kompleks itu menjadi sepi dan semua
orang yang pernah tinggal disana menjual rumahnya.”
Tak lama setelah mendengar cerita Nenene aku merinding
dan menjadi takut.
“Nenene, bo-boleh aku minta nomor handphone mu? Ji-jika
ada sesuatu yang terjadi aku tidak tahu harus menhubungi siapa.” Ucapku dengan
gemetar
Melihat kondisiku yang ketakutan dan baru tahu kenyataan
yang tidak enak di tempat tinggalku, Nenene langsung akan memberikan nomor
handphonenya. Saat aku mengeluarkan handphone untuk memasukkan nomor Nenene ke
dalam handphoneku ternyata sudah ada 1 SMS di handphoneku. Aku langsung membuka
SMS itu yang ternyata dari mamaku yang berisi pesan mengejutkan.
“Mama akan keluar kota dalam 3 hari ini, mama minta
maaf tidak sempat bertemu denganmu karena dadakan. Mama sudah transfer uang ke
ATM kamu untuk kamu jajan dan beli makanan. Mama”
Melihat SMS itu aku takut dan teringat cerita tadi. Aku
langsung bertanya kepada Nenene.
“Nenene…. Apakah kamu bisa menginap di rumah aku malam
ini?”
“Menginap?” jawabnya
“Uhhh.. Sebenarnya mamaku pergi selama 3 hari dan aku
sendirian dirumah. Kamu tentu tidak mau terjadi apa-apa terhadap diriku kan?”
Setelah aku memberi tahu Nenene tentang kondisiku itu,
Nenene langsung berdiri tegap dengan mata berbinar layaknya anak kecil tidak
sabar untuk bermain dan berteriak.
“TENTU SAJA! SUDAH LAMA AKU TUNGGU-TUNGGU SAAT SEPERTI
INI”
Aku kaget melihatnya berteriak dan bersemangat untuk
menginap di kompleks yang berhantu. Tetapi aku tidak menanyakan lebih lanjut
karena takut dia berubah pikiran.
Sekolah sudah selesai, aku dan Nenene pun pulang.
Sebelum menuju rumahku, kita terlebih dahulu pergi ke rumah Nenene untuk
mengambil baju dan perlangkapan menginapnya. Kamipun berjalan bersampingan ke
rumah Nenene yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Dalam perjalanan kami
berbincang-bincang tentang kondisi rumahku yang masi berantakan dan barang-barang
yang mesti di bawa oleh Nenene untuk menginap. Tak lama kami sampai di rumah
Nenene, rumahnya besar, dan halamannya dipenuhi bunga-bunga yang indah.
“Be-Besar sekali” ucapku spontan
Kami langsung masuk dan Nenene mempersilakan aku untuk
duduk di ruang tamu sementara dia mempersiapkan barang-barang untuk menginap.
Di ruang tamu aku tertegun melihat besar dan mewahnya rumah Nenene. Tak sadar,
Nenene ternyata sudah ganti baju dan siap untuk menginap, dan tak kusangka
barang yang dia bawa hanya sebuah ransel dan handycam.
“Apakah cukup hanya 1 ransel?” tanyaku
“Tenang saja, percaya saja padaku. Hehehe.”
Melihat Nenene begitu percaya diri kamipun beranjak ke
rumahku di kompleks Kuda Tiga. Ternyata kami di tawari untuk di antarkan dengan
mobil dan tentu saja tidak kami tolak. Karena menggunakan mobil tak terasa
ternyata sudah sampai depan rumahku. Setelah berterima kasih dengan orang yang
mengantarkan kami turun dan masuk ke rumahku.
Sesampainya dipintu aku membuka pintu dan mempersilakan
Nenene untuk masuk. Dengan kondisi rumah yang masih berantakan aku meminta maaf
kepada Nenene karena setelah melihat rumahnya yang besar dan rapih aku merasa
rumahku yang berantakan seperti ini akan menjadi masalah bagi Nenene.
Ternyata kekhawatiranku adalah hal yang tidak perlu, Nenene
tidak masalah sama sekali dengan keadaan rumah yang berantakan, dia justru
berkata kondisi sepertini ini mendukung kemunculan hantu itu.
Saat itu aku tidak yakin apa aku mengajak orang yang
benar atau tidak.
Malampun datang, aku dan Nenene berdiam di kamar
berdua. Kami berdua berusaha tidur, sebelum tidur Nenene memasang handycam,
beharap handycam yang di pasang olehnya menangkap sesuatu saat kita tidur.
Pagi datang, cahaya matahari masuk ke dalam kamar dari
jendela. Aku melihat Nenene masih tertidur di sampingku, dan tidak ada keanehan
yang terjadi. Aku lega dan berharap yang di ceritakan Nenene hanya isapan
jempol belaka.
Tapi itu semua berubah ketika aku keluar dari kamar.
Barang-barang yang belum di atur berserakan, di dinding terdapat semacam coretan
yang tidak dapat di baca. Terkejut dengan apa yang aku dapat, aku langsung
berlari ke kamar membangunkan Nenene.
“Nenene! Bangun cepat, kamu mesti melihat ini.”
Melihat wajahku panik Nenene langsung bangun dan
menanyakan apa yang terjadi. Aku langsung menarik Nenene untuk keluar kamar.
Nenene terkejut melihat apa yang sudah terjadi. Dia langsung mengambil sesuatu
dari tasnya yang ternyata adalah snack kripik kentang dan memakannya.
“Nenene… Apa yang kamu lakukan?” tanyaku
“Perut yang kosong menghambat kinerja otak.” Jawabnya
singkat
“Apa yang perlu di pikirkan dalam kejadian seperti ini?
Aku sangat takut.”
“Tenang, hantu biasanya meninggalkan pesan dalam
keadaan seperti ini, hanya masalah kita saja untuk mencarinya” jawabnya santai.
Tidak tahu apa yang harus dilakukan aku pun membantu
Nenene untuk mencari petunjuk yang katanya di tinggalkan oleh hantu itu. Nenene
pun mencari petunjuk tetapi ditemani dengan handycamnya sambil merekam.
Pusing karena aku tidak menemukan apa-apa, akupun
menyerah. Disaat aku mulai menyerah Nenene memanggilku.
“Farah, apa menurutmu barang-barang ini sepertinya
menunjuk ke suatu arah?”
Mendengar perkataan dari Nenene aku pun memperhatikan
segala barang yang berantakan dan mecoba melihat dalam sudut yg lebih luas. Dan
ternyata yang di katakan Nenene benar, semua barang yang berantakan itu
mengarah ke satu arah.
“Kamu benar, apa sebaiknya kita ikuti saja? Mungkin
kita akan mendapat petunjuk.” Tanyaku
“Mungkin, apa kamu mempunyai peta kompleks ini?”
“Aku tidak tahu tapi sepertinya mama mempunyai peta
kompleks ini di salah satu tasnya”
“Tolong carikan, mungkin itu dapat membantu kita”
Aku langsung mencari peta komplek di tas mama, tak lama
aku mendapatkan peta kompleks itu dan langsung memberikannya kepada Nenene.
“Hmmm… Sepertinya hantu itu ingin kita pergi ke air
mancur yang ada di kompleks ini”
Mendengar perkataan Nenene yang berani seperti itu aku
ragu, apa itu akan membantu dan apakah ada resiko jika kita melakukan ini.
“Lalu apa yang kita lakukan jika sudah sampai disana?”
tanyaku singkat
“Hmmm.. Tidak tahu, mungkin jika kita kesana kita akan
mendapatkan petunjuk.”
Setelah perkataan Nenene tadi, kita langsung menuju air
mancur yang di tunjuk oleh hantu itu. Walaupun aku tidak mau tapi sepertinya
lebih baik daripada tinggal di rumah sendirian. Sesampainya disana Nenene
langsung berkeliaran sambil merekam di sekitar air mancur itu. Tak lama
kemudian Nenene angkat bicara.
“Hmmm.. Tidak ada yang aneh disini, tetapi pasti ada
sesuatu karena hantu itu menunjuk kesini.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan?” tanyaku
“Tunggu saja 1 malam lagi, nanti malam kita tanya
langsung ke hantunya.”
Mendengar perkataan Nenene aku kaget, bertanya
langsung? Bagaimana caranya?
“Ka-Kamu bercanda?”
“Tentu tidak, jika petunjuknya hanya seperti ini mau
tidak mau kita harus menanyakannya secara langsung.”
Tidak percaya dengan perkataan Nenene aku bingung,
haruskan aku mencoba rencana Nenene atau tetap ketakutan. Melihatku bingung
Nenene langsung menghampiri aku dan meyakinkanku semua akan baik-baik saja.
Malam tiba, aku dan Nenene duduk di ruang tengah
menunggu kejadian yang tidak terduga terjadi. Pukul 22.00 tidak terjadi
apa-apa, aku dan Nenene memakan kripik kentang yang ternyata di bawa Nenene
hampir 1 ransel. Pukul 02.00 aku dan Nenene sudah mulai mengantuk, tetapi
sesuatu yang tidak terduga terjadi. Tiba-tiba tumpukan baju terlempar, aku dan
Nenene terkejut. Tetapi Nenene tidak mundur dan langsung saja menanyakan kepada
hantu tersebut. Biarpun wujudnya tidak terlihat, Nenene tetap menanyakannya.
“Apa hal aneh yang ada di air mancur itu?” sahut Nenene
Setelah Nenene menanyakan itu makin banyak barang yang
terbang tidak terarah, entah dia ingin menyerang kami atau tidak. Aku hanya
bisa terdiam ketakutan sementara Nenene tetap berdiri dengan tegap dan kembali
bertanya.
“Apa yang ada di air mancur itu?”
Setelah Nenene bertanya terdengar suara wanita yang
serak dan kecil.
“…..ku”
Ku? Apa yang di inginkan hantu itu dengan ku? Ku itu
apa? Di saat aku masi bingung dengan yang aku alami Nenene melanjutkan
bertanya.
“Aku tidak mengerti dengan maksud kata-katamu.”
“……ku”
Kembali terdengar suara itu, hanya menyebutkan ku. Kata
yang tidak di mengerti oleh Nenene dan aku.
“A….ku”
Tiba-tiba suaranya menjadi lebih jelas, yang ternyata
ku itu adalah dari kata ‘Aku’ yang berarti ada dia di air mancur itu. Setelah
dia mengatakan ‘Aku’ tiba-tiba angin menjadi lebih kencang. Barang-barang
menjadi semakin berantakan. Tanpa pikir panjang Nenene langsung berkata.
“Baik, kami akan membantumu”
Setelah berkata itu, angin yang kencang tadi langsung
diam. Akupun pingsan.
Pagi hari, sekitar jam 09.00 aku bangun. Aku tertidur
di ruang tengah dan banyak barang-barang berserakan di sekelilingku. Mengingat
kejadian tak terlupakan tadi malam aku langsung mencari Nenene.
“Nenene! Dimana kamu?”
Tidak ada jawaban, akupun mencari Nenene dan
menemukannya tertidur juga di tumpukan barang, mungkin karena badannya yang
kecil aku tidak melihatnya.
“Nenene, bangun cepat.”
Kugoyangkan tubuh Nenene agar dia bangun.
“Sudah pagi kah ini?” jawabnya
“Nenene, apa yang terjadi tadi malam? Apa yang kamu
dapat?” tanyaku
“Tenang saja, sebaiknya kamu panggil polisi sekarang.”
Bingung dengan perkataan Nenene,
aku ingin bertanya. Tetapi setelah aku pikir-pikir lebih baik menyelesaikan
masalah yang ini dulu baru aku bertanya kepada Nenene. Langsung aku mengambil
handphone dari kantongku dan melepon polisi untuk datang.
“Apa tidak ada makanan? Aku
lapar.” Sahut Nenene
Terkejur dengan perkataan Nenene aku langsung
mengambilkan kripik kentang kesukaan Nenene di dalam tasnya. Dan tentu saja
langsung di makan olehnya begitu aku berikan kepadanya. Polisi datang berserta
satpam kompleks. Bingung apa yang harus aku lakukan aku bertanya kepada Nenene.
“A-Apa yang harus aku katakana?” tanyaku
“Tenang, aku yang akan bicara kepada mereka” jawabnya
Nenene langsung meletakkan kripik kentangnya di meja
dan menuju pintu depan. Sesampainya di pintu depan, Nenene menjelaskan kepada
mereka apa yang sudah kita alami. Tentu saja kita di tertawakan oleh mereka,
tetapi mereka tidak mentertawakan kami lagi setelah Nenene menunjukkan rekaman
kejadian tadi malam kepada mereka. Ternyata sebelum kejadian itu Nenene sudah
menyalakan handycamnya untuk merekam kejadian tadi malam yang akhirnya membuat
polisi percaya kepada perkataan kita. Setelah melihat video itu para polisi pun
percaya dan Nenene meminta mereka untuk menggali di air mancur karena itu
tempat dimana hantu itu mengatakan bahwa dia ada di situ. Dan hal yang
mengejutkan terjadi. Terdapat tengkorak seorang wanita di bawah air mancur itu.
Besoknya setelah diselidiki oleh para polisi. Tengkoran itu milik seorang
wanita yang hilang saat pembangunan kompleks ini. Mungkin dia terjebak di
galian tanah saat pembangunan dan tidak ada yang sadar bahwa dia ada di sana.
Setelah itu Nenene pulang ke rumahnya dan mama juga sudah pulang ke rumah.
Setelah kejadian itu, kompleks Kuda Tiga tidak lagi di
hantui atau semacamnya. Kompleks Kuda Tiga pun sekarang sudah mulai banyak di
huni oleh orang dan tidak ada kejadian aneh atau semacamnya. Dan akupun tetap
sekolah seperti biasa dengan Nenene. Sampai sekarang akupun tidak percaya
dengan kejadian di rumahku, tetapi video Nenene menjadi bukti nyata bahwa
mahkluk lain itu ada. Dengan selesainya kejadian ini, akupun menjalani
hari-hari bahagia dengan mama dan sekolahku. Tanpa hantu, dan hal aneh lainnya.